COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia.
Pada zaman milenial sekarang ini, sebagaimana sudah dimaklumi mewabahnya COVID-19 ke seluruh dunia, sampai banyak Negara yang aspek perekonomiannya sudah melemah bahkan jatuh, sehingga tiada terkontrol dalam tindakan dan segala program menjadi terabaikan, juga karena rasa cemas dan takut yang mengancamnya dari penyakit tersebut. Bukan untuk memenuhi urasan sehari-hari bahkan urusan ibadahpun ada semacam lockdown, tidak perlu bila didaerah tersebut belum tertular penyakit tersebut.
Malah Masjidil Haram di Mekah dan Madinah pun ditutup entah sampai kapan, bahkan diprediksi sampai bulan haji, sehingga ibadah haji tahun 1441 ini pun lock down. Memang penutupan ibadah haji dan atau umrah bukan hanya kali ini saja, tetapi sudah amat banyak terjadi sejak zaman Rasul Saw yang disebabkan kasus-kasus tertentu.
Dalam sejarah umat manusia Nabi Muhammad Saw pernah menyampaikan, ketika seseorang mendengar ada wabah terjadi disuatu wilayah, maka janganlah ia masuk kewilayah tersebut dan jika berada di wilayah terjadi wabah, ia diminta meninggalkannya (Sahih Bukhari: 5728) artinya wabah merupakan kondisi yang secara berulang terjadi sepanjang sejarah.
Berbagai permasalahan dakwah telah memunculkan fakta bahwa profesionalisme seorang da’i dalam pengertian yang luas masih dipertanyakan. Da’i sebagai agent of change harus mempunyai visi, misi yang jelas, tidak saja menyangkut wawasan Islam yang utuh tapi juga visi menyeluruh tentang problem sosial, ekonomi, politik, budaya dalam mengarahkan umat Islam kepada suatu tatanan yang lebih mapan.
Indonesia adalah mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga memiliki peran yang cukup penting dalam memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Tentu disini yang memiliki peran yang sangat disegani dan lebih didengar oleh masyarakat adalah para ulama. Khususnya di kabupaten indra giri hilir yang merupakan mayoritas muslim, para ulama atau ustadz yang ingin berdakwah tebatas kerena adanya larangan dari pemerintah setempat untuk tidak melakukan kerumunan atau membuat kelompok, hal ini di lakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 segala aktivitas yang dai ataupun pendakwah sangat terbatas.
Untuk melanjutkan dakwah media online merupakan solusi yang paling utama dalam menyampaikan dakwah atau menyerukan kebaikan di masa pamdemi saat ini, seorang da'i dapat mengunakan strategi Dakwah bit-tadwin yang merupakan sebuah metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Metode dakwah ini disampaikan dengan cara menuliskan penjelasan mengenai seruan yang hendak disampaikan. Seruan tersebut boleh dituliskan dalam berbagai media yang populer digunakan orang banyak sehingga mudah untuk dibaca, seperti menuliskan dalam buku, media sosial (live streaming atau posting YouTube) , blog dan sejenisnya. Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa "sesungguhnya Tinta pada ulama lebih baik dari darah para Syuhada".Kehadiran media, terlebih dalam era media konvergensi, suatu realitas yang tidak dapat dihindarkan. Media satu sisi dalam konteks penyebaran informasi sangat penting untuk instrumen dakwah, memberi pencerdasan dan pencerahan.
Beralihnya cara syiar agama rupanya bukan hanya cocok dengan kesan kekinian, tapi juga membuka segmen baru dakwah. Memanfaatkan teknologi untuk berdakwah. Perkembangan dakwah via live streaming di media sosial merupakan proses kemajuan syiar dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar